Juli 28, 2016

Jawaban Tuhan

Tuhan,
Secepat itu engkau menjawab doa kami yg ku tulis dalam postingan ku semalam.
Pagi ini, kabar datang dari Bandung.
Danil, sahabat kami telah tiada.
Innalillahi wa Innaillaihi rajiun.
Selamat Jalan Danil,
Selamat Jalan Pejuang..
Kau pemenang di Hati-Nya
Terimakasih atas doa yg telah teman-teman berikan untuk Danil.
Perjuangan belum berakhir,

Sebuah kutipan yg selalu jadi pacuan kami, atau paling tidak saya, di TurunTangan, menutup postingan ini.
"Manusia datang dan pergi, tapi gagasannya tak pernah mati"

Selamat Jalan Danil.

Juli 26, 2016

Sebuah panggilan bergandengan tangan

Pagi ini aku di bangunkan oleh sapaan dari pejuang di Bandung yg merespon informasi ttg kegiatan yg mungkin bs mereka kontribusi partisipasi yg sebelumnya kusampaikan via japri whatsapp. Sebuah kebiasaan share yang selalu ku lakukan ketika mendapat sebuah informasi gerakan.

Obrolan kami memanjang, kami sarapan filosofis tentang sebuah pekerjaan dan bagaimana manusia-mesin bekerja.
Entah dayung apa yg membuat komunikasi kami masih bersambut. Kami tertawa dan saling berbagi pandangan yg tentunya menginspirasi saya.

Tak hanya itu. Pejuang Medan pun, tetiba mengabarkan ku tentang gagalnya ia mendapatkan hal yg menjadi mimpinya. Cerita mengalir, dan ia mempercayakan apa yg menjadi gundahnya saat itu pada ku. Ia bercerita ttg keluh yg saat ini dihadapi di Medan. Berkali-kali ia menyampaikan padaku keinginannya untuk berhenti sejenak. Dan berulang-ulang kali pula ku sampaikan dan memohon jangan. Ku katakan padanya, selama ini aku terinspirasi dari mereka. Bahkan hingga gerak ku hari ini, ada perannya dan peran mereka dalam pergerakan yang ku lakukan. Ku sampaikan Bagaimana aku menangis bangga dan terinspirasi setiap kali mendengar kegiatan yg mereka lakukan, dan membaca tulisan quote  motivasi yg pernah dirangkum dalam tulisan seorang teman dari kota yg sama.

Dan saat ini, saat ku menuliskan ini. Alarm jadwal handphone ku berbunyi. Mengingatkan segmen twittalk #OJect. Sebuah segmen twittalk yg ku buat untuk para pejuang yg menginspirasi di belahan Indonesia. Alarm pengingat itu masih ada. Ingatan ku tertuju jelas pada sosok Pejuang Inspiratif lainnya dari kota Bandung yg pernah menjadi narasumber segmen tersebut, Al-fatihah ku kirimkan. Air mataku tak mampu ku bendung. Kabar lanjutan dr pejuang di hari ini yg ku dengar adalah tentang dirinya.

Danil saat ini terbaring lemah di Rumah Sakit, di Bandung. Kanker paru dan Jantung stadium 4. Aku mungkin tak terlalu sering bertemu dengannya. Namun kami cukup sering berbincang saling mengabarkan dan menginspirasi mengenai pergerakan yg kami lakukan di kota masing-masing melalui whatsapp dan sosial media. Ia cukup aktif membantu ku menyelesaikan pekerjaanku dgn menyampaikan rencana pergerakan di kotanya.

Mungkin ini maksud sang Maha Kuasa, yg menyambung silaturahmi Pejuang hari ini kepadaku meski aku sudah tak lagi menjadi bagian pengurus TurunTangan.
Mungkin Allah, meminta ku untuk menyambung kata.. menyampaikan agar kami semua bergandengantangan, turuntangan saling mendoakan dan mensuport semampu kami.

Danil. Lewat tulisan ini, ijinkan saya menyampaikan rasa Terimakasih karena kamu telah menjadi salah satu pejuang yg menginspirasi paling tidak untuk diri saya sendiri. Saya tau kamu juga mampu berjuang untuk sakit mu. Jadi, jangan kalah ya..
Kami tetap bergandengan tangan dan berdoa untuk mu..

Teman-teman Bantu kami kembalikan senyum Danil! Bantu ia melawan sakitnya.
Berikut info link yg saya ambil dari kitabisa.com untuk bs ikut membantu Danil
--------------------
Danil adalah sosok yang penuh optimis dan bersemangat dalam berkontribusi bagi masyarakat dengan keterlibatan aktifnya di gerakan Turun Tangan Bandung.

Namun saat ini Danil tengah dirawat di RS Rotinsulu Bandung,  berjuang melawan sakit paru-paru dan jantung. Biaya pengobatan yang besar membuat kondisi ekonominya terpukul. Danil saat ini bahkan sudah berhenti bekerja dan kuliah.

Danil tak seharusnya sendiri. Mari bantu Danil melawan sakitnya dengan donasi dan dukunganmu.

untuk donasi dan selengkapnya klik:
https://kitabisa.com/untukdanil
------

Terimakasih teman-teman,
Mari Bergandengantangan, erat disertai doa..

Juli 23, 2016

Mah, aku hampir gila


Bunda, Ibu, yang ku panggil mamah
Izinkan aku berbicara padamu lewat tulisan ini

Bunda, jika bukan karena ilmu yg kau berikan
Yg membuatku yakin
Allah akan sayang padaku
Jika aku menghormati mu
Sejak dulu aku sudah
Mencukupkan tarikan nafas ku di dunia ini

Ibu, izinkan aku
Menangis malam ini
Lagi lagi atas kekhilafan ku
Yg belum cukup baik menjaga surga dikaki mu

Bunda, izinkan aku hari ini
Berbincang dengan isi hati mu
Boleh kah ku minta senyum mu
Senyum dan bahagia mu

Ibu, izinkan aku hari ini
Mendekap mimpi ku
Dengan senyum dan yakin
Izinkanlah gandeng ridho mu
Menemaniku Menembus batas nyata

Mah, aku hampir gila
Harus kah Aku beli semua senyum ku
Dengan jutaaan air mata mu?
Mah, mungkin aku gila
Jika jutaan air mata mu
Justru jadi senyum ku

Tapi, ijinkan aku
Membuat mu tersenyum

2016.07.23

Juli 20, 2016

Perjuangan dalam hati

Hai yang maha mengetahui
Kamu tahu aku luar biasa sedang berjuang
Berjuang melawan hal hal yg beberapa kali
Sering datang menghantui ku

Haruskah aku kalah?
Aku tak ingin kalah
Haruskah aku menangis?
Aku tak pantas lagi lagi menangis

Engkau yg paling tau
Bagaimana racau perjuangan yg menghampiri ku
Kadang aku hampir tertawa bahagia
Mengebiri
Menguliti
Mencabik-cabik
Mereka yang sering kali jd penat ku
Namun tak pernah lengah
Untuk terus mendoakan ku

Aku bukan penjahat
Aku tak ingin jadi penjahat
Jangan biarkan Tuhan
Setan ini
Membuat ku khilaf

Juli 18, 2016

Hujan

Hujan
Mengapa kamu tak pernah cermat
pada langkah penuh harap
yang pekat dan melekat
akan mimpi yang mendekat
sudah hinggap
dan sigap di dekap

Hujan
Jangan jatuh, sebentar saja
Agar aku mampu melihat jelas.
Agar mimpiku tak terhapus tangis langit mu

Hujan
Jangan jatuh, sebentar saja
Agar mampu ku pastikan, mimpi ku tetap bercahaya meski semesta tak mampu percaya

Fenty
2016.07.13

Pengagum dalam hening

Malam itu aku menulis tentang hatiku.
Yang pernah diam diam mengagumi dalam hening
Tak ku sangka malam ini, hening bukan milik ku semata.
hening juga milik mereka yang pandai menyusun aksara.

Sebuah persembahan dari teman-teman
CS writing's Club yg terpapar dalam hening di lingkar rasa tulisan.

---------------------


aku hening.
yang terus mengagumi mu
meski kau tak pernah bergeming
meski berjalan beriring
senyum mu pun enggan kau sungging.

Tertawa hanya dalam kosakata
Yang tak pernah nyata
Meski telah membuka mata
tetap tak mampu berkata
Bahwa aku bukan
Mata mata

Ini Aku hening
Yang hanya
Berkata
untuk sungging mu semata

Fenty 2016.07.18

--------------------
Dalam heningku
ingin kuenyahkan bayangmu
yang kian mengganggu
walau kau membisu

Dalam heningku
kusadari satu
Cinta bisa menipu
sebelum kabur dan meninggalkan pedihnya sembilu

Dalam heningku
Memang hanya Dia yang Satu
Hanya Dia yang Maha Tahu
di balik hati yang kian membeku...

("Dalam Hening" - random nyomot satu kata dari puisi Fenty)

Ruby Astari - 2016.07.18

-------------------

"#KemudianHening"

Aku.
Lalu Kamu Datang.

Ramai.
Kita Berkicau.

Sampai.
Dia Menyusul.

Kemudian Mereka Berkumpul.
Kemudian,

Hening.

Sibuk Dengan Diri.
Masing-Masing Terasing.

Taufan - 2016.07.18

Juli 12, 2016

Inspirasi dari nenek

Tulisan ini terinspirasi ketika melihat seorang nenek, yg sering kutemui ketika berjalan lewat jalan belakang dekat rumah, ia sudah cukup renta. namun asumsiku kurang diperhatikannya oleh keluarganya ataupun tetangga terdekatnya. Sehingga tiap kali bertemu ia selalu pada posisi yg sama. Bersandar di tempat tinggalnya dan menebar senyum untuk mendapat sapa.
Hari itu aku berhenti, untuk sekedar berbagi senyum

Terimakasih nek, sudah memberi inspirasi. Sehat selalu buat nenek..

======

Badan terhuyung
Bersandar pada tembok keras tempat nafas hari hari berhembus
Mata menyalak meracau pandangan sekitar
Melihat pada setiap lalu lalang wajah sumringah
menebak nebak
hati mana yang lebih lapang
Jiwa mana yang lebih tenang
Senyum mana yang lebih luang
Dan Telinga mana yg lebih tertantang
Pada pandang atas langit

Sungging di cecar bercahaya
Pada wajah rana yg masih berkutat
Menumpahkan Isak, racau batin, kutat pikir dan sesak harap

Wajah wajah sumringah lalu lalang
tak mampu menangkap sinyal itu
pandang mereka cuma terhenyak pada
hingar bingar dan merdu melodi diujung jalan
yang entah dimana ujungnya

mereka sering lupa
Bahwa wajah rana yg mencecar sungging inilah
yang lebih paham apa yg akan mereka temui di depan sana
Lalu mengapa tak mampu berhenti?