April 26, 2017

Kami memang berbeda, jadi jangan paksa kami jadi sama

Kemarin saya baru saja bertemu seorang anak yg akhirnya menjadi murid private saya. Sebut saja namanya G. G mengalami sedikit gangguan mental yakni depresi dan trauma akibat perceraian orangtuanya dan kekerasan yg dilakukan ayah tirinya. Yg menyebabkan dia menjadi karakter yg hiperaktif.

Im not a physchologic, so Im really sorry if i choose the wrong word or bad conclussion related to G.

In Another condition,  Today I am at possition being like a bad employee bcs I feel I lost or forgot manythings  And sometimes I couldnt handle my emoticon or character to not being hyperactive. Different background with G. But we have same characher instead.

Saya dan G mungkin adalag sekian banyak orang yg mengalami perbedaan dlm hidup ini. Kami berbeda dalam mengambil sikap, keputusan, berfikir atau bertindak. Ya.. Kami berbeda.

Kalian pikir kami autis, aneh, sakit jiwa, or whatever you name it.. But whatever you call us, We are still human.
Yg kami paham atau paling tidak yg sejauh ini saya paham.
Tuhan ingin menunjukkan siapa dirinya lewat kami. Tuhan menyampaikan bahwa ia mampu berbuat apa saja termasuk mengendalikan hati dan pikiran manusia.

Kami berbeda, lalu kenapa?
Kami berbeda, apakah salah?
Kami berbeda, lalu apa?
Kami berbeda, dan kami tak harus sama..

Biarkan kami menyadari perbedaan kami,
Agar kami mampu mengantisipasi setiap kekurangan kami.

Mohon pahami bahwa kami berbeda.
Mohon pahami bahwa kami sudah berjuang sedemikan rupa agar kami tak banyak berbeda dengan kalian.
Dan Jika memang pada akhirnya kalian masih merasa kami berbeda.
Boleh kini kita berganti giliran?

Sekarang giliran anda yg belajar memahami kami
Bahwa kami memang berbeda, dan jangan paksa kami agar menjadi sama..

With love and all respect to people with mentality dissorder

You guys are special, please be brave!