Tulisan ini ku tulis saat
Engkau memanggil kami untuk melaksanakan kewajiban kami di bumi ini
Batin ini begertak luar biasa
Namun keterasingan ini pun
Masih sama
Mewacana
Dear Allah, istiqomah kan saya.
Amin
Tulisan ini ku tulis saat
Engkau memanggil kami untuk melaksanakan kewajiban kami di bumi ini
Batin ini begertak luar biasa
Namun keterasingan ini pun
Masih sama
Mewacana
Dear Allah, istiqomah kan saya.
Amin
Ada tangis yang mengawal perjuangan
Ada waktu yang tertukar oleh ilmu
Ada kebersamaan yang terganti harap mandiri
Sang orang tua berteriak
"Kebiasaan, cuekin aja!"
Ketika melihat anaknya menangis
Saat jam temu wali dan santri selesai.
Kejadian yang menurut sang orang tua terlalu sering terjadi.
Brak!
Mobil ditutup keras dan melaju cepat meninggalkan si anak
Miris.
Karena nyatanya jarak yang menjauh dan waktu yang berkurang dengan anaknya
Tak mampu membuatnya paham
Bahwa tangis anaknya
Bukan karena malas, untuk kembali menuntut ilmu.
Bukan karena malas, untuk berjuang.
Melainkan sebuah tangis menuntut kebersamaan.
Mobil terus melaju.
Seolah menghempas memori dan melelapkan ibu dari aktivitas nya.
Lelap.
Jauh ditempat yang ditinggalkannya,
Mungkin mata si anak terus memerah, mengembang, dan berkaca.
Menahan tangis dan rindu yang tak berkesudahan.
Serta merajut harap prestasi yang mungkin
Mampu mengantarkan perasaan sang ibu untuk sampai pada rasanya.
Teruntuk adik yg sedang berjuang menuntut ilmu di pesantren.
Jaga air mata mu ya dek.
Me :
Yoo... Gue pengen peluk lo saat ini
Gue mau nangis
Makasih banyak ya
Udah jadi sahabat yg menguatkan gue
Gue terlalu rapuh sebenarnya. Dan terlalu pengecut memperlihatkan kerapuhan gue yg sebenarnya
Cuma cerita sama lo sejauh ini gue bs ceritain apa yg ada dlm pikiran gue, yg cukup sering hati gue debatin.
Sahabat
Iya, sama sama ya fen..
Gue cuma berusaha bicara sama sisi fenty yg kuat, selebihnya dia yg akan menangani semuanya..
Me
Itu cuma bentuk penguatan buat gue aja apa lo memang melihat gue punya sisi kuat itu yo?
Sahabat
Pintu itu ada, dan fenty yg kuat ada di sana..
Pintu itu cuma bisa dibuka dari dalam, lagipula gue ga punya kuncinya..
Dan gue liat kunci itu ada di genggaman lu, jadi pergilah, dan buka pintu itu...
Me
Sepenuh jiwa raga, sesungguhnya saat ini gue sedang bertahan dipintu itu agar tak tertutup dan terkunci. Menahan dan menariknya agar tak tertutup.
Kuncinya ditangan gue.
Tp tangan gue sibuk mengumpulkan asupan untuk membangun pertahanan dan energi yg lebih kuat agar pintu itu benar-benar terbuka luas
Sahabat
Kalo begitu, mungkin lu butuh utk diam sejenak, renungi semua tenaga, waktu, dan pikiran yg udah lu keluarin dgn sia2..
Tunggu dulu! ternyata kunci itu ada banyak! Sial, jangan2 lu udah pake kunci yg salah...maka duduklah..
Lihat kunci2 itu, telusuri kunci mana yg tepat, walaupun memang, karena kita nggak bisa liat bentuk lubang kunci itu, kunci mana pun jadi perlu utk dicoba...
Tapi tunggu dulu! kalo lu ngerasa bukan kunci masalahnya, maka..duduklah
Duduk di depan pintu itu, dan ayolah, ajak dia bicara, dan lu yg paling tau apa yg harus lu bicarakan dengannya..
Sampai lu ngerasa kalian sudah bersahabat, maka ketuklah, siapa tau?
Pintunya akan dibuka dari dalam olehnya..
Me
Aku lelah mengetuk yo. Aku lelah berbicara pelan hingga berteriak keras.
Aku lelah bertahan.
Aku lelah mengatur strategi untuk masuk.
Kaki, otak, tubuh, tangan, dan pikiran ku hampir lumpuh.
Hanya untuk bertahan.
Apakah ini pertanda aku harus menghilang.
Dan membiarkannya menutup
Sahabat
Mungkin..
Setiap pribadi butuh jeda..
Maka, tinggalkanlah pintu itu sesaat..
Dan pergilah, datangilah pintu yg lain..
Pintu yg di sana, pintuNya, pintu yg lebih besar..
Lucunya, kita ga butuh kunci, bahkan kita ga perlu mengetuk, siapa yg berada di depan pintuNya, akan dipersilahkan masuk, dijamu, bahkan dipersilahkan meminta..
Oh betapa beruntungnya kita..
Me
Aku akan mencobanya.
Semoga saya termasuk tamu yg ditungguNya
Yang diharap olehNya bertemu langsung denganNya.
Segera.
Apakah aku pembohong ulung?
Yang selalu berkata baik baik saja
Padahal batin ku teriak merana
Apakah aku pembohong ulung?
Yang selalu berkata aku bahagia
Padahal tak kuasa tahan nyata
Apakah aku pembohong ulung?
Yang selalu tertawa bersama
Padahal seringkali tak mampu menepis tangis
Apakah aku pembohong ulung?
Yang selalu menyebar ceria
Padahal lagi lagi meringis
Kau bukan pembohong ulung!
Kau sang juara penepis rana
Kau sang juara penepis tangis
Kau sang juara penangkis ringis
Dalam setiap rintih baris isak tangis wacana pedih
Juara tersenyum lah
Lagi
Untuk
Kami
Dan
Untuk mu sendiri
Tuhan.
Membaca tulisan nya aku tak pernah berani.
Sudah. Aku sudah berulang kali mencobanya
Beberapa kali juga aku ketakutan.
Meskipun sangat ingin ku selami ceritanya.
Sama seperti Melihat tatapan matanya saat menjabarkan ceritanya.
aku gemetar.
Aku takut bukan main.
Aku takut ia bersedih.
Aku sakit melihatnya bersedih.
Tak mampu kau tutup kah lukanya , Tuhan.
Hari ini ia masih temanku.
Meskipun aku takut mendengarkan ataupun membaca ceritanya.
Ia cukup mampu membuatku bertahan.
Untuk memahami.
Untuk belajar.
Cerita dari hidupnya.
Cerita dari pilunya.
Untuk tau.
Bahwa aku, Bukan siapa-siapa.
Dan untuk tau.
Bagaimana hati, berhati hati
Hai Dear, aku sudah baca tulisan mu.
Bangga ku teriris pedih.
Cerita Dalam Benak
Mengutip tanya
Menjejal cerita
------------
Sama darah
Tapi tak paham gerak
Tapi tak paham memata
Tapi sungkan merasa
Buaaaarrrrr...
Mual jejal otak ku
Tak sanggup ku tahan tawa dalam terinjak
Mabuk dalam percaya
Ada dalam tiada
Dan banding dalam waktu
Tak cukup jejal otak ku
Untuk paham bahwa kami benar dan mereka salah
Ku rasa tak cukup sembilu ku meradang
Untuk hari ini mampu paham
Terus melihat pada arah mereka
Ataukah
Seluruh sembilu perlu meradang hingga mampu paham?
Semoga nanti giliran waktu ku
Tak ada teriak duka dalam tawa
Atau sisipan cibir dalam era
Semoga
Agar semua merdeka dari mati rasa
Dan luka
In the middle of their story version
Bogor - Jakarta
Hari ini aku menyaksikan
Bagaimana seorang wanita bertahan dengan adanya wanita lainnya dlm kehidupan rumah tangganya
Saat ini mereka menyebutnya dengan bangga
Poligami
Mengikuti Rasullullah
Aku tak pernah paham bagaimana kondisi istri2 Rasul saat itu ketika di poligami.
Islam mengijin kan
Aku tau itu
Tapi rasanya, terlalu berat untuk seorang wanita yg di poligami
Beragam pertahanan ia coba lapisi, untuk terus menahan air matanya.
Aku melihatnya. Terlalu nyata diraut wajahnya.
Terlihat, bagaimana..
Lapisan baja dalam hatinya, untuk memperlihatkan keikhlasan hatinya
Keruk air mata haru yg mungkin terus ia lakukan dlm setiap hajatan sujudnya
Juga jutaan tarikan hikmah dalam setiap perbandingan yang dihadapinya.
Untuk terus ia warisi hal hal baiknya kepada anak cicitnya
Hingga anak-anaknya tetap menyayangi imam keluarganya tanpa cela sedikit pun
Agar amalan yang tak terputus mampu merajut doa dan mengantarkan dirinya ke surga - Nya
Teruntuk setiap wanita yg bertahan di balutan kedua
Teruntuk setiap wanita yg bertahan atas nama nafsu yg berbalut agama
Juga untuk imam yg selalu berusaha adil
"Wanita adalah pejuang paling luar biasa"