Juni 24, 2019

Berjuang sepenuh hati

Ada abang gojek, ada tukang pecel ayam, ada pemulung dan ada dia, yang saya temui di waktu 3/4 malam untuk berjuang mencari nafkah.

Hari ini dan 3 minggu kedepan saya libur bekerja. Tapi saya masih menerima penghasilan dari pekerjaan saya sebagai guru.

Melihat sosok "diam" ini membuat saya mikir. Kok mau sih, dia bergaya diam didepan indomaret sampai jam segini. Saat itu pukul 2 dini hari. Saya menemukannya di depan indomaret saat ada acara keluarga. Sebagai informasi, teknik yg ia gunakan untuk mencari nafkah dinamakan statis. Sepengalaman saya latihan teater, Statis adalah salah satu teknik yg cukup sulit untuk dipelajari. Bagaimana kontrol nafas yg cukup, melawan emosi diri dan gerak untuk diam yg cukup panjang tidak lah mudah.
Dan dia memilih itu untuk dijadikan usaha mencari nafkah. Meskipun sebagian yg lain mencibir. (Kok masih muda  diem gitu aja sih, kata sebagian dari mereka yg "sok tau").

Teman teman menurut gue, Untuk bisa berjuang dalam hidup salah satunya adalah dengan menjalani sepenuh hati.
Mungkin ia mencintai hal itu. Dan senang melakukan nya. Yahh biarkan saja toh itu hak nya. Tak usahlah kita adili dengan komentar2 yg mungkin justru akan membuat semangatnya mengendur.

Sama halnya seperti ketika saya sering kali ditanya orang2 terdekat, gak mau cari kerjaan lain.. Lo kan pinter, lo kan bakat, gaji guru kan kecil.. And the bla bla bla sejuta ribu alasan lain yg bikin gue merasa apa yg gue perjuangkan tak ada artinya.

Tapi mereka yg bertanya  gak pernah tau..
Ada anak-anak yg bahkan tumbuh tanpa mengenal kasih sayang orangtuanya. Dan berharap kasih sayang dari lingkungan sekitarnya. Terutama dari lingkungan sekolahnya. Dan tersenyum hadir memeluk saya di setiap pagi dan memanggil saya ibu guru..

Dekapan yang membuat saya rindu
Dan merasa berarti
Yang harganya tak pernah bisa dibeli dengan uang!

Yang membuat saya kuat berjuang sepenuh hati.

Lalu pantaskah kami kami masih diadili?

Kalo kamu, apa alasan mu berjuang?